Keterampilan Guru dalam Mengelola Kelas
Beberapa definisi mengenai pengelolaan kelas menurut para ahli adalah sebagai berikut :
Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. (Dr. Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan siswa : 1987 : 68).
Pengelolaan kelas adalah kegiatan mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. (Pengelolaan belajar dan kelas, E. Komar dan Uus Rusnadi 1993 : )
Pengelolaan kelas adalah usaha dari pihak guru untuk menata kehidupan kelas yang dimulai daari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur dan sumber belajarnya, lingkungannya untuk memaksimalkan efesiensi, memantau kemajuan siswa dan mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul. (Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyar, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, 1992 : 113).
Jadi, dari beberapa definisi diatas saya bisa menyimpulkan bahwa a tentang pengertian pengelolaan kelas, dapat saya simpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan yang terencana yang sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal, membangun iklim sosio-emosional yang positif serta menciptakan suasana hubungan interpersonal yang baik. Sehingga diharapkan proses belajar dan mengjar dapat berjalan secara efektif dan efesien, sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Tujuan
Pengelolaan Kelas
Dilihat dari
fihak guru, keberhasilan kegiatan belajar mengajar bukan hanya ditentukan oleh
kemampuannya dalam menguasai bahan pelajaran, tetapi juga dipengaruhi
oleh kemampuannya
mengelola kelas. Hasil hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat tujuh
indikator yang menunjukan lemahnya kinerja guru dalam melaksanakan tugas
utamanya mengajar. Salah satunya adalah kurangnya kemahiran
guru dalam mengelola kelas disamping rendahnya pemahaman tentang strategi
pembelajaran, rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan
kelas, rendahnya motivasi berprestasi, kurang disiplin, rendahnya komitmen
profesi dan rendahnya kemampuan manajemen waktu. ( Mulyasa, 2007 ).
Keterampilan
mengelola kelas merupakan kemampuan guru dalam mewujudkan dan mempertahankan
suasana belajar mengajar yang optimal. Kemampuan ini erat kaitannya dengan
kemampuan guru untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan, menyenangkan
peserta didik dan penciptaan disiplin belajar secara sehat. Mengelola kelas
meliputi mengatur tata ruang kelas untuk pebelajaran dan menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif. Dalam kaitan ini sedikitnya terdapat tujuh hal yang
harus diperhatikan yaitu ruang belajar, pengaturan sarana belajar, susunan
tempat duduk, penerangan, suhu, pemanasan sebelum masuk ke materi yang akan
dipelajari
( pembentukan dan pengembangan kompetensi ) dan bina suasana dalam
pembelajaran ( Mulyasa, 2007 )
Dalam
pengaturan ruang belajar hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) bentuk dan luas ruang kelas, 2)
bentuk serta ukuran bangku atau kursi dan meja siswa, 3) jumlah siswa pada
tingkat kelas yang bersangkutan, 4) jumlah siswa dalam tiap kelas, 5)
jumlah kelompok kelas, 6) jumlah siswa dalam tiap kelompok dan 7) kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan. ( Soetjipto dan Raflis Kosasi , 2007 ).
Sehubungan
dengan itu, maka tujuan dari pengelolaan kelas adalah : a) Mewujudkan situasi
dan kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mengembangkan kemampuan
secara optimal. b) Mempertahankan keadaan yang stabil dalam suasana kelas,
sehingga bila terjadi gangguan dalam belajar mengajar dapat dieleminir. c)
Menghilangkan berbagai hambatan dan pelanggaran disiplin yang dapat merintangi
terwujudnya interaksi belajar mengajar. d) Mengatur semua perlengkapan dan
peralatan yang memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan
sosial, emosional, dan intelektual peserta didik dalam kelas. e) Melayani
dan membimbing perbedaan individual peserta didik..( Mulyani dan Johar,
1988 )
Menurut
Syaiful Bahri Djamarah ( 2005 ) semua komponen keterampilan mengelola kelas
mempunyai tujuan, baik untuk anak didik maupun untuk guru, yaitu :
1. Untuk
Anak Didik
a. Mendorong
anak didik mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah
lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri.
b.
Membantu anak didik mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib
kelas dam memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan
kemarahan.
c.
Membangkitkan rasa tanggungjawab untuk melibatkan diri dalam tugas dan pada
kegiatan yang diadakan.
2.
Untuk Guru
a
.Mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan pembukaan yang lancar
dan kecepatan yang tepat
b.
Menyadari kebutuhan anak didik dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk
secara jelas kepada anak didik
c.
Mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku anak didik
yang mengganggu.
d.
Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan dalam
hubungannya dengan masalah tingkah laku anak didik yang muncul di dalam kelas.
B.
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas.
Prinsip
adalah asas, dasar, acuan, panduan atau pedoman bagi sesorang untuk melakukan
tindakan atau perbuatan yang dianggap atau diyakininya benar terhadap sesuatu
hal. Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru dapat melaksanakan
tugas-tugas pengelolaan kelas dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
1.
Kehangatan dan keantusiasan. Guru yang hangat dengan anak didik selalu
menunjukan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam
mengimplimentasikan pengelolaan kelas.
2.
Tantangan. Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan dengan sajian
yang menantang akan meningkatkan gairah dan menarik perhatian anak didik untuk
belajar, sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang
menyimpang.
3.
Bervariasi. Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar, dan
pola interaksi akan mengurangi munculnya gangguan dan meningkatkan perhatian
anak didik. Apalagi bila penggunaannya bervariasi, sesuai dengan kebutuhan
sesaat, merupakan kunci tercapinya pengelolaan kelas yang efektif dan
menghindari kejenuhan dalam proses belajar mengajar
4.
Keluwesan. Apabila guru mendapatkan hambatan dalam perilaku peserta didik, guru
dapat merubah strategi mengajarnya. Perubahan strategi mengajar ini
memungkinkan untuk dapat menghilangkan gangguan dalam belajar serta menciptakan
iklim mengajar yang efektif.
5.
Menekankan hal-hal positif. Pada dasarnya mengajar dan mendidik menekankan
hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang
negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan
guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif. Penekanan tersebut dapat
dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk
menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses interaksi educatif.
6.
Tanamkan disiplin diri. Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik
dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu guru sebaiknya mendorong
anak didik untuk melaksanakan disiplin diri dan menjadi teladan dalam
pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.
C.
Komponen Utama Keterampilan Mengelola Kelas
Terdapat dua
komponen utama mengenai keterampilan mengelola kelas yang perlu diperhatikan
guru, yakni :
1.
Keterampilan yang bersifat preventif, yakni keterampilan menciptakan dan
memelihara kondisi belajar optimal guna menghindari terjadinya situasi yang
tidak menguntungkan atau merusak proses belajar mengajar. Dalam mengembangkan
keterampilan mengelola kelas yang bersifat preventif, guru dapat menggunakan
kemampuannya dengan cara : a) Menunjukan sikap tanggap. Dalam tugasnya
mengajarnya, guru harus terlibat secara fisik maupun mental dalam arti guru
selalu memiliki waktu untuk semua perilaku peserta didik, baik peserta didik
yang menunjukan perilaku positif maupun perilaku negatif. Sikap tanggap itu
dapat dilakukan dengan cara memandang secara saksama, gerak mendekati, memberi
pernyataan, misalnya pernyataan yang mengandung ancaman ” Saya tunggu sampai
kalian diam. ” ” saya atau kalian yang keluar ” b) Membagi
perhatian. Guru harus mampu membagi perhatian ke semua peserta didik, Perhatian
itu dapat bersifat visual maupun bersifat verbal. Perhatian bersifat visula
misalnya guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatikan kigiatan pertama,
sehingga dapat melirik ke kegiatan kedua, tanpa kehilangan perhatian pada
kegiatan pertama. Kontak pandang ini dilakukan terhadap kelompok anak didik
atau individu anak didik.Perhatian bersifat verbal misalnya memberi komentar,
penjelasan, pertanyaan dan sebagainya terhadap aktivitas anak didik pertama,
sementara ia memimpin dan terlibat supervisi pada aktivitas anak didik yang
lain. c) Memusatkan perhatian kelompok. Mempertahankan dan meningkatkan keterlibatan
peserta didik dengan cara memusatkan kelompok kepada tugas-tugasnya dari waktu
ke waktu. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan selalu menyiagakan peserta didik
dan menuntut tanggung jawab peserta didik akan tugas-tugasnya. d) Memberi
petunjuk petunjuk yang jelas. Petunjuk ini dapat dilakukan untuk materi yang
disampaikan, tugas yang diberikan dan perilaku-perilaku peserta didik lainnya
yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung pada pelajaran. e)
Menegur. Tegurlah peserta didik bila mereka menunjukan perilaku yang
mengganggu atau menyimpang. Sampaikan teguran itu dengan tegas dan jelas
tertuju pada perilaku yang mengganggu, menghindari ejekan dan peringatan yang
kasar dan menyakitkan. f) Memberi penguatan. Perilaku peserta didik baik yang positif
maupun negatif perlu memperoleh penguatan. Perilaku positif diberikan penguatan
agar perilaku tersebut muncul kembali. Prilaku negatif diberikan penguatan
dengan cara memberi teguran atau hukuman agar perilaku tersebut tidak terjadi
kembali.
2. Keterampilan
yang bersifat represif, yakni keterampilan mengembalikan kondisi belajar
mengajar yang tidak menentu ke dalam kondisi belajar yang efektif. Dalam
mengembangkan keterampilan mengelola kelas yang bersifat represif, guru dapat
menggunakan kemampuannya dengan cara : a) Modifikasi tingka laku. Perilaku
peserta didik yang mengganggu dianalisis kemudian ditentukan langkah-langkah
untuk remedial. Dalam hal ini guru dapat menempuh cara-cara Conselor. b)
Pengelolaan kelompok. Dalam menangani masalah pengelolaan kelas, guru dapat
memanfaatkan pendekatan pemecahan masalah kelompok. Pendekatan ini dapat
dilakukan dengan cara memperlancar tugas-tugas dan memelihara
kegiatan-kegiatan kelompok. c) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang
menimbulkan masalah. Guru dapat melaksanakan beberapa cara untuk mengendalikan
tingkah laku mengganggu yang muncul yaitu : pertama, menyadari sebab-sebab
perilaku itu muncul, dan kedua menemukan pemecahannya.
Beberapa hal
yang harus dihindari dalam mengembangkan keterampilan mengelola kelas, adalah :
a) campur tangan yang berlebihan. Bila guru terlalu mencampuri peserta didik,
misalnya memberi interupsi, pertanyaan, tugas mendadak pada saat peserta didik
asyik mengerjakan tugas, akan menimbulkan kegiatan terganggu dan peserta didik
merasa guru terlalu mencampuri. b) Kesenyapan. Saat guru menjelaskan atau
memberikan intruksi lain kepada peserta didik, kemudian tiba-tiba guru
menghentikannya dalam waktu yang lama karena kemungkinan guru lupa, tidak paham
atau tidak menguasai materi sama sekali. Dapat menimbulkan pikiran peserta
didik mengawang-ngawang dan hal ini harus dihindari. c) Ketidak tepatan memulai
dan mengakhiri kegiatan. Proses belajar mengajar yang tidak direncanakan secara
matang dapat menimbulkan kekacauan struktur atau prosedur. Hal ini dapat
membingungkan peserta didik. d) Penyimpangan. Adakalanya guru memberikan contoh
atau konotasi pada hal-hal yang tidak ada relevansinya dengan pelajaran atau
guru malah asyik menceritakan pengalaman hidupnya yang tidak ada kaitannya dengan
bahan yang akan disampaikan. e) Bertele-tele. Adalah sikap guru yang sering
mengulang-ngulang suatu hal tertentu atau memperlebar masalah kecil dapat
menyebabkan peserta didik bosan.f) Pengulangan penjelasan yang tidak perlu.
Adakalanya guru tidak efisien dalam memberikan penjelasan, sering
mengulang-ngulang suatu penjelasan atau satu penjelasan yang dapat diberikan
kepada seluruh kelas malah disampaikan pada tiap-tiap peserta didik perorangan
atau pada kelompok.