Kamis, 15 November 2012


Keterampilan Guru dalam Mengelola Kelas
Beberapa definisi mengenai pengelolaan kelas menurut para ahli adalah sebagai berikut :
Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. (Dr. Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan siswa : 1987 : 68).
Pengelolaan kelas adalah kegiatan mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. (Pengelolaan belajar dan kelas, E. Komar dan Uus Rusnadi 1993 : )
Pengelolaan kelas adalah usaha dari pihak guru untuk menata kehidupan kelas yang dimulai daari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur dan sumber belajarnya, lingkungannya untuk memaksimalkan efesiensi, memantau kemajuan siswa dan mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul. (Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyar, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, 1992 : 113).
Jadi, dari beberapa definisi diatas saya bisa menyimpulkan bahwa a tentang pengertian pengelolaan kelas, dapat saya simpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan yang terencana yang sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal, membangun iklim sosio-emosional yang positif serta menciptakan suasana hubungan interpersonal yang baik. Sehingga diharapkan proses belajar dan mengjar dapat berjalan secara efektif dan efesien, sehingga tercapai tujuan pembelajaran.

 

Tujuan Pengelolaan Kelas
Dilihat dari fihak guru, keberhasilan kegiatan belajar mengajar bukan hanya ditentukan oleh kemampuannya dalam menguasai bahan pelajaran, tetapi juga dipengaruhi oleh          kemampuannya mengelola kelas. Hasil hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat tujuh indikator yang menunjukan lemahnya kinerja guru dalam melaksanakan tugas utamanya    mengajar. Salah satunya adalah kurangnya kemahiran guru dalam mengelola kelas disamping rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran, rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas, rendahnya motivasi berprestasi, kurang disiplin, rendahnya komitmen profesi dan rendahnya kemampuan manajemen waktu. ( Mulyasa, 2007 ).
Keterampilan mengelola kelas merupakan kemampuan guru dalam mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar mengajar yang optimal. Kemampuan ini erat kaitannya dengan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan, menyenangkan peserta didik dan penciptaan disiplin belajar secara sehat. Mengelola kelas meliputi mengatur tata ruang kelas untuk pebelajaran dan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Dalam kaitan ini sedikitnya terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan yaitu ruang belajar, pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk, penerangan, suhu, pemanasan sebelum masuk ke materi yang akan dipelajari                       ( pembentukan dan pengembangan kompetensi ) dan bina suasana dalam pembelajaran     ( Mulyasa, 2007 )
Dalam pengaturan ruang belajar hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:              1) bentuk dan luas ruang kelas, 2) bentuk serta ukuran bangku atau kursi dan meja siswa, 3) jumlah siswa pada tingkat kelas yang bersangkutan, 4) jumlah siswa  dalam tiap kelas, 5) jumlah kelompok kelas, 6) jumlah siswa dalam tiap kelompok dan 7) kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. ( Soetjipto dan Raflis Kosasi , 2007 ).
Sehubungan dengan itu, maka tujuan dari pengelolaan kelas adalah : a) Mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mengembangkan kemampuan secara optimal. b) Mempertahankan keadaan yang stabil dalam suasana kelas, sehingga bila terjadi gangguan dalam belajar mengajar dapat dieleminir. c) Menghilangkan berbagai hambatan dan pelanggaran disiplin yang dapat merintangi terwujudnya interaksi belajar mengajar. d) Mengatur semua perlengkapan dan peralatan yang memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual  peserta didik dalam kelas. e) Melayani dan membimbing perbedaan  individual peserta didik..( Mulyani dan Johar, 1988 )
Menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2005 ) semua komponen keterampilan mengelola kelas mempunyai tujuan,  baik untuk anak didik maupun untuk guru, yaitu :
1. Untuk Anak Didik
a. Mendorong anak didik mengembangkan tanggung jawab  individu  terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri.
b.  Membantu anak didik mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dam memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.
c.  Membangkitkan rasa tanggungjawab untuk melibatkan diri dalam tugas dan pada kegiatan yang diadakan.
2.  Untuk Guru
a .Mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat
b.  Menyadari kebutuhan anak didik dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada anak didik
c.  Mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku anak didik yang mengganggu.
d.   Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan masalah tingkah laku anak didik yang muncul di dalam kelas.
B.  Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas.
Prinsip adalah asas, dasar, acuan, panduan atau pedoman bagi sesorang untuk melakukan tindakan atau perbuatan yang dianggap atau diyakininya benar terhadap sesuatu hal. Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru dapat melaksanakan tugas-tugas pengelolaan kelas dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.  Kehangatan dan keantusiasan. Guru yang hangat dengan anak didik selalu menunjukan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplimentasikan pengelolaan kelas.
2. Tantangan. Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan dengan sajian yang menantang akan meningkatkan gairah dan menarik perhatian anak didik untuk belajar, sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3.  Bervariasi. Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar, dan pola interaksi akan mengurangi munculnya gangguan dan meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila penggunaannya bervariasi, sesuai dengan kebutuhan sesaat, merupakan kunci tercapinya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan dalam proses belajar mengajar
4.  Keluwesan. Apabila guru mendapatkan hambatan dalam perilaku peserta didik, guru dapat merubah strategi mengajarnya. Perubahan strategi mengajar ini memungkinkan untuk dapat menghilangkan gangguan dalam belajar serta menciptakan iklim mengajar yang efektif.
5. Menekankan hal-hal positif. Pada dasarnya mengajar dan mendidik menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses interaksi educatif.
6.  Tanamkan disiplin diri. Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu guru sebaiknya mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri dan menjadi teladan dalam pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.
C.  Komponen Utama Keterampilan Mengelola Kelas
Terdapat dua komponen utama mengenai keterampilan mengelola kelas yang perlu diperhatikan guru, yakni :
1. Keterampilan yang bersifat preventif, yakni keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar optimal guna menghindari terjadinya situasi yang tidak menguntungkan atau merusak proses belajar mengajar. Dalam mengembangkan keterampilan mengelola kelas yang bersifat preventif, guru dapat menggunakan kemampuannya dengan cara : a) Menunjukan sikap tanggap. Dalam tugasnya mengajarnya, guru harus terlibat secara fisik maupun mental dalam arti guru selalu memiliki waktu untuk semua perilaku peserta didik, baik peserta didik yang menunjukan perilaku positif maupun perilaku negatif. Sikap tanggap itu dapat dilakukan dengan cara memandang secara saksama, gerak mendekati, memberi pernyataan, misalnya pernyataan yang mengandung ancaman ” Saya tunggu sampai kalian diam. ” ” saya atau kalian yang keluar  ”  b) Membagi perhatian. Guru harus mampu membagi perhatian ke semua peserta didik, Perhatian itu dapat bersifat visual maupun bersifat verbal. Perhatian bersifat visula misalnya guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatikan kigiatan pertama, sehingga dapat melirik ke kegiatan kedua, tanpa kehilangan perhatian pada kegiatan pertama. Kontak pandang ini dilakukan terhadap kelompok anak didik atau individu anak didik.Perhatian bersifat verbal misalnya memberi komentar, penjelasan, pertanyaan dan sebagainya terhadap aktivitas anak didik pertama, sementara ia memimpin dan terlibat supervisi pada aktivitas anak didik yang lain. c) Memusatkan perhatian kelompok. Mempertahankan dan meningkatkan keterlibatan peserta didik dengan cara memusatkan kelompok kepada tugas-tugasnya dari waktu ke waktu. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan selalu menyiagakan peserta didik dan menuntut tanggung jawab peserta didik akan tugas-tugasnya. d) Memberi petunjuk petunjuk yang jelas. Petunjuk ini dapat dilakukan untuk materi yang disampaikan, tugas yang diberikan dan perilaku-perilaku peserta didik lainnya yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung pada pelajaran. e) Menegur. Tegurlah peserta didik bila mereka menunjukan perilaku yang mengganggu  atau menyimpang. Sampaikan teguran itu dengan tegas dan jelas tertuju pada perilaku yang mengganggu, menghindari ejekan dan peringatan yang kasar dan menyakitkan. f) Memberi penguatan. Perilaku peserta didik baik yang positif maupun negatif perlu memperoleh penguatan. Perilaku positif diberikan penguatan agar perilaku tersebut muncul kembali. Prilaku negatif diberikan penguatan dengan cara memberi teguran atau hukuman agar perilaku tersebut tidak terjadi kembali.
2. Keterampilan yang bersifat represif, yakni keterampilan mengembalikan kondisi belajar mengajar yang tidak menentu ke dalam kondisi belajar yang efektif. Dalam mengembangkan keterampilan mengelola kelas yang bersifat represif, guru dapat menggunakan kemampuannya dengan cara : a) Modifikasi tingka laku. Perilaku peserta didik yang mengganggu dianalisis kemudian ditentukan langkah-langkah untuk remedial. Dalam hal ini guru dapat menempuh cara-cara Conselor. b) Pengelolaan kelompok. Dalam menangani masalah pengelolaan kelas, guru dapat memanfaatkan pendekatan pemecahan masalah kelompok. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan cara memperlancar tugas-tugas  dan memelihara kegiatan-kegiatan kelompok. c) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. Guru dapat melaksanakan beberapa cara untuk mengendalikan tingkah laku mengganggu yang muncul yaitu : pertama, menyadari sebab-sebab perilaku itu muncul, dan kedua menemukan pemecahannya.
Beberapa hal yang harus dihindari dalam mengembangkan keterampilan mengelola kelas, adalah : a) campur tangan yang berlebihan. Bila guru terlalu mencampuri peserta didik, misalnya memberi interupsi, pertanyaan, tugas mendadak pada saat peserta didik asyik mengerjakan tugas, akan menimbulkan kegiatan terganggu dan peserta didik merasa guru terlalu mencampuri. b) Kesenyapan. Saat guru menjelaskan atau memberikan intruksi lain kepada peserta didik, kemudian tiba-tiba guru menghentikannya dalam waktu yang lama karena kemungkinan guru lupa, tidak paham atau tidak menguasai materi sama sekali. Dapat menimbulkan pikiran peserta didik mengawang-ngawang dan hal ini harus dihindari. c) Ketidak tepatan memulai dan mengakhiri kegiatan. Proses belajar mengajar yang tidak direncanakan secara matang dapat menimbulkan kekacauan struktur atau prosedur. Hal ini dapat membingungkan peserta didik. d) Penyimpangan. Adakalanya guru memberikan contoh atau konotasi pada hal-hal yang tidak ada relevansinya dengan pelajaran atau guru malah asyik menceritakan pengalaman hidupnya yang tidak ada kaitannya dengan bahan yang akan disampaikan. e) Bertele-tele. Adalah sikap guru yang sering mengulang-ngulang suatu hal tertentu atau memperlebar masalah kecil dapat menyebabkan peserta didik bosan.f) Pengulangan penjelasan yang tidak perlu. Adakalanya guru tidak efisien dalam memberikan penjelasan, sering mengulang-ngulang suatu penjelasan atau satu penjelasan yang dapat diberikan kepada seluruh kelas malah disampaikan pada tiap-tiap peserta didik perorangan atau pada kelompok.